Analisa Budidaya Mangga Skala Komersial
hewata.com. Analisa Budidaya mangga. Ada dua istilah yang dari semula harus kita bedakan dengan tegas, yaitu usaha komersial dan usaha skala komersial. Yang pertama ialah usaha dengan tujuan mencari keuntungan. Yang kedua, besarnya usaha itu harus diupayakan agar diperoleh keuntungan untuk menutup seluruh pengeluaran selama berusaha. Pada mangga, kedua istilah itu penting sebelum kita beranjak mengulas gatra budidaya manga.
Akhir-akhir ini para perkebun buah mangga berskala sempit tergoda untuk berusaha komersial. Sebelumnya, pohon mangga ditanam asal tanam, tanpa ada niat meraup keuntungan komersial. Kaidah usaha tidak terlintas dalam pikiran mereka. Tidak ada hasrat menerapkan teknik budidaya tepat guna dan tidak ada pula keinginan menggantungkan hidup dengan menanam mangga. Baru mereka yang mengusahakan buah mangga skala komersial yang memperhatikan kaidah berusaha, besarnya modal, teknik budidaya, pascapanen, dan pemasaran sebagai syarat keberhasilan usaha.
Secara statistik, lebih dari 95% hamparan kebun mangga dimiliki pekebun buah mangga berskala sempit. Tidak diketahui dengan pasti luas hamparan mangga yang dikelola secara perkebunan. Demikian pula tidak diketahui apakah perkebunan mangga itu bisa meraup keuntungan. Yang pasti, kebun mangga arumanis seluas 320 ha di Jawa Timur dihadapkan kepada kesulitan finansial dengan kinerja merugi. Beberapa perkebunan buah mangga di sana yang hamparannya sama atau lebih sempit, berkinerja usaha tidak lebih baik daripada yang pertama.
Beberapa perkebunan buah mangga dengan hamparan lebih luas di luar Jawa belum diberitakan berhasil, walaupun usia perkebunan itu sudah berada pada tingkat berproduksi. Justru yang tidak mengeluh adalah pekebun buah mangga hamparan sempit. Dengan latar belakang pengetahuan saya yang demikian, saya sedikit mengalami kesulitan untuk mengemukakan besarnya skala ekonomi usaha perkebunan buah mangga yang dapat memberikan keuntungan cepat dan memuaskan. Di dalam beberapa kesempatan, pemerintah melalui Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian, menyebut hamparan seluas 500 ha dianggap sebagai skala usaha yang memadai dan menguntungkan. Hamparan kebun mangga itu merupakan hasil konsolidasi lahan sempit milik pekebun. Hal tersebut dikemukakan sebagai salah satu upaya meningkatkan kinerja usaha perkebunan mangga.
Hamparan lahan dianggap cocok untuk usaha buah mangga, apabila: pertama, memiliki ciri iklim curah hujan tahunan 750-2.000 mm dengan bulan kering (<60 mm) 3-6 bulan. Di daerah yang tergolong kering, air untuk mengairi pohon mangga harus tersedia selama musim kemarau. Kedua, tanahnya berdrainase baik hingga sedang, dengan tekstur sedang sampai berat, dapat dijelajahi akar hingga kedalaman >75 cm, ber-KTK >8 me/100 g, ber-pH 5-8 untuk tanah mineral atau 3,5-5,5 untuk tanah organik. Hampir bebas dari pengaruh garam (<3 mmhos/cm), dan hingga kedalaman 100 cm bebas dari bahaya pyrit (FeS). Ketiga, derajat kemiringan lereng hamparan tidak lebih dari 15%, tidak berbatu (<15%), dan tidak banyak singkapan batuan (<15%).
Dalam suasana seperti sekarang, usaha perkebunan buah mangga seyogyanya merupakan tanggapan terhadap permintaan pasar dan bukan sebaliknya. Pasar menentukan: jenis buah yang diperlukan, mutu dan ukuran yang dikehendaki. Karena buah sifatnya elastis dan penuh risiko, maka pengusahaan dan pengadaannya memerlukan waktu panjang. Oleh karena itu, forecasting-nya (peramalan) harus akurat.
Untuk meningkatkan efisiensi produksi, sarana penunjang, sumber daya manusia, dan pemasaran, jenis buah mangga yang diusahakan di satu hamparan atau wilayah harus dibatasi. Para pengusaha di hamparan atau wilayah tertentu harus mampu memanfaatkan potensi setempat.
Terlepas dari kemudahan mendapatkan lahan, luas perkebunan, perlakuan finansial, dan lainnya, gatra budidaya mangga skala komersial yang penting diperhatikan sebagai berikut.
1. Bahan tanaman
Pengusaha pemasok bahan tanaman mangga cukup banyak. Yang belum dapat diandalkan ialah mengenai kepastian dan kemurnian genetic bahan tanaman yang mereka perbanyak, serta jumlah yang dapat disediakan bagi usaha skala besar.
Oleh karena itu, cara menghindarkan diri dari kerancuan bahan tanaman ialah mengusahakan sendiri dengan memilih atau menyeleksi bahan induk buah mangga yang akan diusahakan. Cara ini memerlukan waktu, tetapi merupakan jalan paling aman, mengingat kekecewaan baru dirasakan 5 tahun kemudian.
Kelambatan usaha itu belum sepenuhnya dipahami dan ditanggapi penyandang dana atau tidak diantisipasi pemakai dana, sehingga cashflow-nya tidak disesuaikan dengan kesulitan tersebut.
Cara lain ialah dengan memanfaatkan teknologi kultur jaringan. Namun, sampai sekarang kita belum beruntung mendapatkan media yang tepat untuk perbanyakan mangga.
Ada dua hal penting yang bertalian dengan bahan tanaman, yaitu bagian bawah dan atas. Untuk bagian bawah diinginkan yang mampu membentuk perakaran lebat dan dalam, tahan hama penyakit, serta efisien menyerap hara dan air. Untuk bagian atas diharapkan mampu berproduksi banyak dengan mutu baik, tahan hama penyakit, serta tumbuh tidak terlalu pesat agar memudahkan perawatan dan panen.
2. Pemupukan
Hingga saat ini informasi mengenai pemupukan paling tepat untuk pohon mangga muda dan sudah berproduksi belum ada. Para pekebun menerapkan cara yang dianggapnya paling baik. Informasi dari lembaga penelitian dirasakan sangat terbatas.
Pemupukan yang dikaitkan dengan kebutuhan pohon muda, pohon siap dibungakan, pohon sedang berbuah, dan pohon baru dipanen sama sekali belum dipahami para pekebun. Informasi semacam itu belum tersedia. Pemupukan yang dikaitkan dengan musim juga belum dipahami para pekebun, terutama bagi kebun yang airnya sepenuhnya tergantung curah hujan.
Pemupukan lewat daun yang dihubungkan dengan pemulihan kesehatan tanaman, memacu pertumbuhan dan perkembangan pohon, mengurangi pemakaian sarana produksi, dan meningkatkan serta menyeragamkan mutu hasil masih merupakan hal baru yang sampai sekarang kurang dimengerti pekebun.
3. Perawatan tanaman
Membentuk percabangan, memangkas cabang tidak berguna, dan menyiapkan percabangan yang dapat menghasilkan bunga buah ideal praktis tidak diterapkan pekebun buah mangga. Rata-rata pohon mangga dibiarkan tumbuh secara alamiah.
Pemangkasan untuk membatasi tinggi dan membentuk tajuk pohon agar panen buah dapat dikerjakan dengan mudah belun terpikirkan oleh para pekebun. Pemangkasan ranting atau cabang setelah panen jarang dikerjakan pekebun buah. Padahal itu perlu dilakukan supaya diperoleh pencabangan ideal bagi pembentukan bunga buah musim berikutnya.
Pembentukan cabang utama, pokok, dan dasar dengan rumus 3x3x3 (1,3,9,27) perlu diterapkan secara konsisten, sehingga diperoleh bentuk pohon ideal. Panjang cabang utama, pokok, atau dasar sebaiknya 60 cm. Bentuk tajuk akhir harus berupa payung terbuka terbalik.
4. Pengaturan pembungaan
Bunga pertama jangan diatur. Pengaturan pembungaan sebaiknya dilakukan setelah pohon paling tidak sudah dua kali berbuah. Teknik membungakan gampang-gampang susah. Likunya lebih banyak daripada mudahnya. Yang patut diwaspadai ialah efek samping yang menyebabkan pertumbuhan kerdil diikuti dengan pengerdilan kuntum bunga (bentuk roset) musim berikutnya. Pada umumnya kuntum bunga kerdil gagal berkembang menjadi buah.
Di hamparan kebun yang luas, serangga penyerbuk menentukan keberhasilan perkebunan mangga. Hama mangga cukup banyak. Untuk melindungi pohon mangga dilakukan pengendalian menggunakan bahan kimia atau musuh alami. Saying sekali tidak semua hama diketahui musuh alaminya. Efek samping dari pengendalian dengan bahan kimia ialah turut musnahnya serangga penyerbuk. Ini merupakan dilema yang dihadapi pekebun mangga. Mengendalikan hama merupakan keharusan, kehilangan tanaman pokok adalah fatal, sedangkan mengusahakan (mengintroduksikan) dan memelihara serangga penyerbuk tidak mudah dan tidak murah. Sampai saat ini, belum ditemukan cara praktis agar diperoleh keuntungan maksimal dari tiga keadaan tersebut.
5. Pengairan
Kita menyadari air perlu untuk pohon mangga. Untuk merangsang pembungaan, pohon mangga harus mengalami stres air. Artinya, mangga perlu periode kering. Begitu bunga terbentuk, pohon mangga memerlukan air (bukan dari langit, tetapi yang dapat diserap dari tanah). Kebutuhan air bertambah setelah bunga menjadi buah. Selama periode bunga buah tidak boleh turun hujan, tetapi air harus tersedia dalam tanah. Demikian pula selama buah membesar. Menjelang panen pohon mangga tidak memerlukan tambahan air. Jadi, sebaiknya jumlah air dalam tanah sedikit. Ini diperlukan untuk membentuk mutu buah yang diinginkan.
Selesai panen, pohon mangga memerlukan banyak air agar ia dapat memulihkan diri dari keadaan stress keadaan normal. Berbarengan dengan pemberian air setelah panen, pohon mangga dipupuk. Dengan demikian pemulihan kesehatan pohon berlangsung cepat.
Untuk mencukupi kebutuhan air, ‘memanen’ air selama musim hujan merupakan cara paling efektif bagi hamparan kebun mangga yang tidak memiliki sumber air atau tanah atau sungai.
6. Panen dan pascapanen
Sebagian besar pekebun mangga belum menerapkan pemanenan yang tepat. Mereka memanen buah kalau sudah mencapai ukuran (antara lain dalam waktu dan intensitas matahari yang tepat) yang dapat dipasarkan dan tidak berdasarkan tingkat kematangan. Alasannya sederhana. Jika buah dipanen berdasarkan tingkat kematangan, maka buah itu hanya memiliki selang waktu singkat untuk dipasarkan. Sedangkan dipanen berdasarkan ukuran, buah itu mempunyai waktu cukup lama untuk dipasarkan dan memiliki ketahanan fisik cukup baik selama transportasi. Masalahnya tindakan pascapanen yang diterapkan pekebun mangga pada umumnya masih sangat sederhana.
Cara pengangkutan jarak jauh menuntut buah mangga yang keras dan cara kemasan yang ringkas (dalam keranjang bambu berlapiskan kertas semen dan ditumpuk). Mangga yang dipanen sesuai tingkat kematangan tertentu harus diperlakukan khsus dan diangkut dalam keadaan khusus pula.
Peminat mangga sudah terlanjur dimanja dengan mutu rasa tertentu. Sekarang, dapatkah peminat mangga dididik untuk dapat menerima mangga yang diusahakan dengan cara lain? Dipetik masih keras (mentah) dan rasa buah disesuaikan dengan tindakan pascapanen baru yang diterapkan.
Calon pembeli buah mangga diperkenalkan dengan penampilan, mutu, warna, dan rasa baru yang diselaraskan dengan teknik budidaya, panen, dan pascapanen yang tepat untuk skala usaha komersial. Saya memperkirakan akan sulit sekali menangani buah mangga yang dipanen pada tingkat kematangan tertentu untuk mencapai mutu dan rasa yang ideal. Kelihatannya penampilan dan rasa ideal buah mangga perlu ditinjau secara serius.
7. Pemasaran dan pemrosesan
Keberhasilan usaha perkebunan mangga skala komersial adalah pemasaran hasil. Sampai saat ini kita kurang melakukan kegiatan untuk mendekatkan dan memperkenalkan buah mangga kepada konsumen baru. Dapat dikatakan, kita tidak punya toko untuk memamerkan serta menjual secara konsisten dan berkesinambungan buah mangga di mancanegara. Sampai sekarang kita dikenal berhasil baik memamerkan buah mangga, tetapi selalu mengecewakan bila diminta memasok buah mangga sebaik seperti yang dipamerkan dan dalam jumlah yang diminta konsumen.
Sampai sekarang sebagian besar buah mangga dipasarkan sebagai buah besar. Sedikit sekali yang diproses, baik secara minimum maupun secara maksimum. Yang termasuk proses secara minimum ialah potongan buah dingin dan buah yang diawetkan (asin, manis, asam) secara sederhana.
Membuat jus kental mangga masih dihadapkan pada kesulitan teknis, tetapi mangga sebagai bagian dari minuman ringan sudah banyak dijajakan. Sayangnya, yang sekarang beredar adalah sari mangga sintetis.
Dalam perkembangannya buah mangga gugur sebelum mencapai tingkat panen. Buah muda yang gugur dan gagal dipanen merupakan bahan baku berharga untuk dijadikan potongan buah manisan, asinan, asaman dengan rasa pedas atau netral, difermentasikan seperti pada buah matang di atas.
Iklim usaha perkebunan mangga skala komersial perlu diciptakan melalui pemahaman bahwa sifat usaha ini lambat dan bergantung pada iklim. Adanya pengertian akan hal itu dari pihak penyandang dana perlu dikembangkan. Selain itu, para usahawan perkebunan mangga harus mampu menjadikan usahanya bankable. Tanpa upaya dari kedua pihak, perkebunan mangga sulit berkembang.