Cara Budidaya Anggrek Miltoniopsis
Hewata.com. Cara Budidaya Anggrek Miltoniopsis. Mungkin tidak banyak diantara kita yang akrab dengan anggrek miltoniopsis. Di Indonesia sendiri masih jarang yang menanam karena syarat khusus yang diinginkannya, yaitu suhu udara yang rendah.
Kalau cuma untuk sekadar hobi anggrek pot tidak masalah, namun bila dikembangkan sebagai bunga potong harus benar-benar diseleksi dahulu.
Budidaya Anggrek
Genus Miltoniopsis diperkenalkan tahun 1889 oleh Geodefroy-Lebeuf, namun belum diterima umum sampai tahun 1976, saat spesies M. Santanaei diperkenalkan oleh Garay dan Dunsterville. Spesies ini ternyata dapat menggeser spesies Andean dan spesies-spesies Amerika Tengah lainnya.
Tahun 1989 Dodson dan Bennett memperkenalkan spesies baru, M. Bismarckii dari Peru yang sebelumnya telah dikelompokkan oleh para ahli botani ke dalam miltoniopsis. Kini genus Miltoniopsis meliputi M. Phalaenopsis, M. Roezlii, M. Vexillaria, M. Bismarckii, M. Santanaei, dan M. Warscewiczii.
Garay dan Dunsterville membedakan miltonia dengan miltoniopsis, meski hobiis yang sudah berpengalaman dengan mudah dapat mengenalnya. Miltoniopsis memiliki 1 daun semu, sedangkan miltonia punya 2.
Selain itu, umbi semu miltoniopsis bentuknya rata dan mengelompok sedangkan miltonia lebih lebar dan dipisahkan oleh rizoma yang panjang meski genus ini telah diterima dan digunakan oleh perkumpulan anggrek namun hibridanya masih didaftar dengan nama Miltonia, karena 4 dari 6 spesiesnya telah lebih dulu didaftar dengan nama itu. Para penangkar juga menyenangi nama itu.
Sayangnya anggrek ini relatif sulit tumbuh, namun cenderung mudah dibudidayakan bila sedikit syarat-syarat yang diinginkan terpenuhi.Para penangkar yang sukses bisa mendapatkan 2-3 malai bunga yang besar, cantik, dan beraroma harum.
Bunganya bisa bertahan lebih dari 4-8 minggu pada tanaman namun bertahan singkat sebagai bunga potong.Para penanam berpengalaman mampu memproduksi bunga berikutnya beberapa bulan setelah musim bunga pertama.
1. Asal dan habitat
Tiga spesies yang banyak digunakan untuk budidaya anggrek pengembangan hibrida-hibrida modern ditemukan di Kolombia, Ekuador, dan Panama. Mereka tumbuh di tempat-tempat panas, dataran rendah yang lembap (M. Roezlii), hingga daerah yang relatif dingin dan hutan lembap berawan (M. Vexillaria).
Miloniopsis Phalaenopsis ditemukan di hutan-hutan lembap, setengah diantaranya ekstrim lembap.Jadi, tempat yang cocok bagi anggrek ini adalah daerah lembap, akibat uap air yang banyak dari hujan, kabur, atau embun.
2. Syarat tumbuh
Budidaya anggrek Miltoniopsis memerlukan cahaya 1.000-2.000 footcandles, yang diukur dengan lightmeter. Bila tidak ada alat, cukup dengan cara meniadakan bayangan diantara tanaman dan sumber cahaya dengan menaunginya.
Keadaan ini sudah sama dengan kebutuhan cahaya sebagian besar Paphiopedilum dan lebih sedikit dibanding kebutuhan Cattleya. Karena kebutuhan cahya rendah ini miltoniopsis mudah tumbuh di bawah cahaya buatan dengan kelembapan tinggi. Sedangkan di Indonesia, kebutuhan cahayanya sekitar 30-40% saja.
Miltoniopsis menghasilkan bunga terbanyak saat menerima cahaya cukup sesuai dengan toleransinya tanpa menimbulkan kerusakan pada daun. Sedikit warna pink pada daun menandakan ia menerima cahaya cukup, namun bila warnanya merah, kuning, atau pirang tandanya cahaya sudah berlebih.
Sepal dan petal beberapa miltoniopsis cenderung melengkung akibat sinar yang kuat.Kualitas bunga bisa diperbaiki dengan menanam di tempat yang sinarnya lebih sedikit saat tunasnya telah tumbuh.
Temperatur yang diinginkan dalam budidaya anggrek berkisar 27-29oC siang hari dan 16-18oC di malam hari. Dalam kelembapan tinggi dan aliran angin cukup baik, ia masih bisa bertoleransi sampai suhu 32oC untuk waktu singkat. Kesuksesan penangkaran umumnya terjadi pada suhu 20oC. Malah penagkar lain membudidayakannya pada suhu 13-14oC. Kisaran suhu ini sesuai suhu habitat di tempat asalnya. Namun menurut pengalaman penangkar, bunga-bunga yang muncul akan lebih besar dan banyak saat temperatur malam hari tidak lebih dari 16oC.
Kelembapan harus berkisar pada 70-80% dengan kelembapan maksimum malam hari 80-90% dan siang hari minimum 50-60%.
Agar tetap tampil sehat, media miltoniopsis harus selalu lembap. Akar-akarnya yang halus seperti benang akan mati bila media terlalu kering atau basah. Penangkar umumnya senang menggunakan media campuran kulit kayu dengan material yang dapat menahan air seperti perlit atau sphagnum moss.
Ditambahkan juga arang, tumbukan kulit kerang, kulit kacang, sekam, peat moss, atau cacahan akar pakis. Media ini bervariasi dan pemakaiannya tergantung kesukaan dan ketersediaan di lokasi masing-masing
Pot plastik lebih disukai karena dapat menahan penguapan, namun harus berdrainase baik.Penempatan kulit kayu kasar di dasar pot dapat memperbaiki drainase. Lubang pengeluaran pada pot plastik bisa diperbesar atau ditambah dengan solder. Agar aman, penyolderan sebaiknya dilakukan di ruang terbuka.
3. Perawatan
Untuk menjaga kelembapan media, penyiraman harus dilakukan secara rutin. Namun demikian waktu penyiraman tidak dapat ditentukan secara pasti, karena besarnya pengaruh musim, penempatan pot (dalam ruangan atau luar ruangan), besar dan bahan pot, serta media yang digunakan.
Jadi, penanam harus belajar sendiri mengamati saat yang tepat untuk penyiraman. Guna mendeteksinya, pot diangkat lalu masukkan jari ke media. Melalui pengalaman anda akan bisa menentukan kelembapan media dengan baik. Yang pasti media harus selalu lembap namun tidak tergenang air.
Menurut pengalaman seorang hobiis, miltoniopsis dewasa dalam pot berdiameter 10-13 cm dengan media campuran kulit pinus biasanya tetap lembap setelah diairi 2-3 kali seminggu dari musim semi hingga musim gugur. Saat cuaca panas dan terik, penyiraman dilakukan setiap hari.
Ada juga saat media miltoniopsis sedikit kering, yaitu saat setelah dilakukan repotting sebelum muncul akar-akar baru. Penyiraman secara teratur baru dilakukan setelah akar baru tersebut masuk ke dalam media.
Untuk pemupukan, disarankan agar lebih banyak menggunakan pupuk organik. Pemberiannya secara teratur, bisa sekali seminggu. Sedangkan ada juga yang menyarankan untuk memeberikan pupuk ¼ – ½ kali lebih tinggi per minggu pada masa-masa pertumbuhan aktif.
Beberapa penangkar lebih suka menggunakan pupuk nitrogen tinggi seperti perbandingan 30-10-10 pada waktu-waktu tersebut. Namun sekali dalam 3-4 minggu mereka menggunakan pupuk N rendah tapi P tinggi untuk merangsang pembungaan.
Kadang-kadang ditemukan juga ujung daun yang mengering, pertanda kekurangan air dan tingginya akumulasi garam pada media. Penumpukan ini terjadi akibat penggunaan pupuk atau air mineral yang berlebihan.
Untuk mengatasinya, pot dicuci dengan air bersih terutama bila penggunaan pupuk berlebihan.Selanjutnya media disiram untuk melarutkan garam.Sejam kemudian media dibilas dengan air setara volume pot atau 2 kalinya. Pencucian teratur sepanjang tahun sangat penting untuk pot-pot yang diairi dengan air mineral berlebihan.
Bila penggunaan pupuk, cahaya, dan kelembapan sudah tepat, namun tetap terjadi lipatan pada daun atau menggulung seperti daun muda, ini pertanda adanya busuk akar.Penyakit ini disebabkan oleh air yang berlebihan. Busuk akar dapat menghambat pertumbuhan.
Tanda-tanda penggunaan air yang tidak efisien ini sama dengan tanda-tanda kekurangan air, bila hal ini terjadi, harus dilakukan repotting dan media diganti. Sebelum repotting, akar yang busuk dan berwarna gelap dipotong. Selanjutnya tanaman direndam dalam cairan natrifin selama 1 jam dengan dosis 0,75 sendik the/19 liter air (1 galon).
Namun untuk penanaman di Indonesia, anda harus menyeleksi dan mengenal dengan pasti jenis yang akan ditanam. Yang jelas di daerah berhawa dingin miltoniopsis tampil lebih menarik.