Bahaya dan Dampak Negatif Pupuk
Hewata.com. Bahaya dan Dampak Negatif Pupuk. Baik pupuk kimia, pupuk organik, pupuk anorganik, npk, pupuk phonska dan lain-lain ternyata mempunyai resiko bahaya dan dampak negatif terhadap tanah dan lingkungan.
Risiko bahaya pupuk ini tidak hanya timbul bila pupuk masuk ke air tanah saja. Pupuk juga bisa meracuni produk yang kita makan. Dengan demikian, bahaya pemakaian pupuk tidak berbeda dengan bahaya yang ditimbulkan karena residu pestisida.
Dampak Negatif Pupuk
Penyebabnya, pupuk yang dipakai untuk menyuburkan tanah, misalnya urea, bahannya memang diambil dari senyawa petro, senyawa hidrokarbon yang dipakai pula sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Senyawa inilah yang di dalam tanah berubah menjadi nitrit.
1. Pupuk Berlebihan
Di kalangan masyarakat luas rupanya masih terdapat anggapan keliru tentang pupuk. Ada yang menganggap tanah 1 ha jika dipupuk seolah-olah luasnya sama dengan 2 ha.
Akibatnya, supaya produksi tanaman mencapai maksimal, pupuk yang diberikan tidak dipedulikan lagi jumlahnya. Di lain pihak, anjuran pemerintah dalam rangka intersifikasi, secara tak langsung juga mendorong ke arah pemakaian pupuk yang boros.
Namun demikian, penelitian ini berpendapat hal tersebut bisa dimaklumi. Biasanya orang baru menyadari setelah terjadi bencana. Tetapi gejala ini jelas memprihatinkan. Alasannya, efisiensi pupuk yang dilakukan selama ini masih sangat rendah.
Penyebabnya macam-macam. Namun intinya karena formulasi curah dan cara pemakaian yang rata-rata hanya dengan disebar, membuat pupuk mudah larut dan hanyut sebelum tanaman memanfaatkannya. Artinya, sebagian pupuk malah berperan sebagai polutan yang bahaya.
2. Mengandung Logam Berat
Pupuk kimia ternyata masih menyimpan bahaya lain. Gara-gara pemakaian pupuk dosis tinggi, aktivitas unsur logam berat, misalnya cadmium dan plumbun (timah hitam), akan meningkat sehingga dapat masuk ke produk tanaman. Pupuk yang tergolong jenis ini ialah fosfat alam.
Berbagai data menyebutkan, penelitian pemanfaatan fosfat alam sudah ‘marak’ sejak 1986. Saat ini berbagai jenis tanaman perkebunan terbukti cocok memakai fosfat alam.
Sedangkan hasil tanaman pangan masih bervariasi. Namun sudah ada gejala formulasi pupuk fosfat alam akan diperbaiki untuk meningkatkan efektivitasnya. Jika hal ini terjadi, besar kemungkinan penggunaan fosfat alam akan semakin luas.
3. Efisiensi Harus Ditingkatkan
Jadi pelarangan penggunaan pupuk tidak mungkin dilakukan. Satu-satunya cara untuk mengatasi dilema itu, dengan meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik dengan pupuk organik.
Tanah kita sedikit mengandung bahan organik. Supaya daya simpan dan efektivitas pupuk meningkat, bahan organik harus selalu diberikan.
Selain itu pemakaian pupuk dengan cara disebar mesti dihindarkan. Pemupukan paling baik dilakukan setelah kebutuhannya dihitung, lalu diberikan dalam bentuk paket di lubang dekat tanaman. Karena hanya akar tanaman yang dapat mengambilnya, kemungkinan pupuk larut dan hanyut akan menjadi rendah.