Mengendalikan Ulat Kubis Dengan Insektisida Alami
Hewata.com. Mengendalikan Ulat Kubis. Annona glabra (apel mete) masih satu keluarga dengan srikaya (A. Squamosa) dan sirsak (A. Muricata). Namun buah berbentuk unik ini tidak dapat dimakan karena rasanya tidak enak dan asam, sehingga kurang dikenal.
Apel mete memiliki nama umum pound apple, berasal dari Amerika tropis dan dapat tumbuh dengan mudah di daerah rawa, pinggiran sungai, atau kolam.

Annona glabra (pond apple atau apel mete) – via : urbantropicals.com
Apel mete setidaknya mengandung 3 senyawa asetogenin, yaitu skuamosin, asimisin, dan desasetiluvarisin, zat aktif yang bersifat insektisidal. Hasil penelitian menunjukkan, zat aktif ini dapat menghambat respirasi yang selanjutnya menghampat perkembangan larva, dan akhirnya mematikan larva tersebut.
Daya racun apel mete ini memang tidak langsung terlihat, paling cepat satu hari setelah penyemprotan dan tingkat kematian maksimum terlihat pada hari keempat. Meski demikian, di sisi lain penggunaan pestisida botanis/organik jauh lebih aman dibandiingkan yang anorganik. Pestisida ini lebih cepat terurai sehingga tidak berbahaya bagi konsumen maupun keseimbangan lingkungan.
Mengendalikan Ulat Kubis Sampai 95%
Penelitian menggunakan pelarut air atau metanol dengan pengemulsi alkil gliserol ftalat. Konsentrasi digunakan 6 taraf, masing-masing digunakan untuk metanol dan air 0,019-0,149% dan 0,25-2% atau 0,25-2 g biji per 100 ml air. Biji dihaluskan dalam blender dengan pelarut.
Setelah disaring langsung dapat digunakan. Percobaan dilakukan terhadap ulat kubis C. Binotalis, sebab serangan hama ini dapat menimbulkan kerugian 46-100% dari total hasil panen. Apalagi penggunaan insektisida anorganik secara intensif meningkatkan populasi hama dalam tenggang waktu tertentu dan memberikan dampak kekebalan.
Larva C. Binotalis diberi makan daun yang telah dicelup dalam ekstrak selama 3-5 detik yang kemudian dikeringudarakan. Larva diberi makan daun dengan perlakuan selama 24 jam, kemudian diberi pakan daun tanpa perlakuan, dan diamati setiap hari hingga saat berkepompong.
Selanjutnya diamati jumlah larva yang mati dan gejala peracunan. Pada hari pertama tingkat kematian larva berkisar 5-50%. Kematian tertinggi ditemukan pada ekstrak dengan konsentrasi 20 g/l. Pada hari keempat rata-rata kematian 85-95% dari setiap konsentrasi. Larva-larva yang tersisa kehilangan kegesitan, aktivitas makan menurun, dan terjadi kerusakan lainnya.

Ulat kubis – via : immediate.co.uk
Dari hasil penelitian terbukti juga daya racun apel mete lebih baik daripada ekstrak biji nimba yang telah lebih dulu dikenal sebagai insektisida botanis. Pada pemberian ekstrak biji apel mete, tingkat kematian mendekati maksimum di hari kedua setelah perlakuan. Sedangkan pada ekstrak nimba, pengaruh terhadap larva baru terlihat menjelang saat larva berkepompong, dan kematian larva terakhir dicapai pada hari ke-13.
Cara Pembuatannya Cudah
Pembuatan dan penggunaan pestisida sangat mudah sehingga bisa dilakukan petani. Apel mete yang sudah cukup matang dikupas dan diambil bijinya. Sebaiknya digunakan buah yang matang, karena semakin matang diperkirakan kandungan zat aktif semakin tinggi.
Sesudah dipanen, biji-biji ini dikeringanginkan semalam. Selanjutnya dikupas, daging biji yang putih kecokelatan dan mengandung minyak ditumbuk halus atau diblender. Larutkan 20-30 g biji dalam satu liter air dan ditambahkan 0,25-0,5 g deterjen sebagai pengemulsi. Larutan ini disaring dengan kain kasa dan selanjutnya siap disemprotkan pada tanaman yang terserang hama.
Pelarut air cukup baik digunakan karena merupakan pelarut polar. Pelarut-pelarut lain seperti minyak atau bensin memberikan hasil yang kurang baik, sebab termasuk pelarut non polar, selain alasan ekonomis karena harga pelarut lain lebih tinggi.
Larutan ini tahan disimpan di lemari es sekitar 3 minggu. Biji yang belum dikupas tahan disimpan sampai lebih dari 3 bulan, sedangkan biji yang telah dikupas dapat disimpan sampai 1 bulan sebelum digunakan.